Minggu, 15 November 2009

Obat Itu Racun

XI IPA 1 - 30 Sarah Marciana Indriani

Judul : Obat Itu Racun, paduan penting memilih dan waspada obat
Pengarang : Zulkifli
Penerbit : Graha Pustaka
Tebal : 167 halaman
Ukuran : 18,8 cm x 12 cm

Obat telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia masa kini. Bahkan saking akrabnya, manusia justru semakin tergantung dengan obat. Tak heran jika obat menjadi bisnis yang menggiurkan. Mulai dari pebisnis legal yang melambungkan harga obat, hingga kelas pengedar obat palsu dan kada;uwarsa yang memanfaatkan mahalnya harga obat. Belum lagi tawaran-tawaran obat herbal yang tak jarang justru mencampurkan obat dengan bahan kimia berbahaya.
Bahkan manusia zaman sekarang telah terbiasa menggunakan obat sebagai gaya hidup modern. Mereka butuh tampil seksi, bukan sehat, mereka butuh obat kuat, buka hidup harmonis dan sebagainya. Akibatnya tanpa mereka sadari ancaman lain timbul bahkan hingga menyebabkan kematian.
Buku ini mengajak pembaca untuk memiliki cara pandang baru terhadap obat. Pengarang buku ini memberikan panduan bagaimana mengenali fisik obat termasuk memahami nomor registrasi hingga tips-tips menarik seputar mengkonsumsi obat. Salah satu di antaranya adalah tips untuk memahami peringatan –peringatan yang terdapat dalam leaflet obat, di antaranya: obat dapat memnyebabkan rada ngantuk. Dalam buku ini diperingatkan bahwa bahan penyebab kantuk tersebut biasanya terdapat dalam obat pilek dan bantuk serta alergi (Antihistamini) sehingga pembaca diperingatkan agar tidak mengkonsumsi obat-obatan tersebut bersama obat tidur atau alkohol agar efek sampingnya tidak memburuk.
Pengarang juga menyadarkan pembaca bahwa tidak semua obat tradisional itu aman. Ada beberapa obat tradisional yang sering ditambahi Bahan Kimia Obat (BKO) padahal hal tersebut dilarang dalam perundang-undangan karena dapat menimbulkan efek samping. Beberapa jenis obat tradsional yang sering mendapat tambahan BKO di antaranya obat pelangsing (sering mendapatr tambahan Sibutramin hidroklorida), obat kuat pria (Sildenafil sitrat), diabetes (Glibenklamid), dan obat asma (Teofilin)
Di dalam buku ini dilampirkan pula keputusan Mentri Kesehatan mengenai cara iklan obat. Paling tidak konsumen dapat mempertanyakan, jangan-jangan produk yang diiklankan tersebut adalah palsu. Obat dalam iklan sering kali dimunculkan sebagai benda ajaib yang mampu menghentikan penyakit dalam seketika, tanpa memberikan pemahaman yang cukup kepada masyarakat bahwa setiap obat memiliki resiko yang hampir sama besar dengan manfaatnya.
Obat itu racun, adalah peringatan penting agar pembaca mewaspadai ancaman dibalik penggunaan obat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar